Part 2
From Mitha to Cinderella
Mitha melenggang dengan percaya diri di koridor sekolah. Dia puas sekali dengan penampilannya hari ini.
“Siapa tuh?!!”
“Wow, cantik banget!! Siapa ya? Kayaknya gue nggak pernah liat tuh cewek!!”
“Anak baru kali!! Tapi kok.... mirip Angel?! Atau jangan-jangan itu Mitha! Jadi bingung...”
Begitulah celotehan-celotehan yang terdengar dari teman-teman Mitha di sekolah ketika dia lewat. Semuanya tercengang, bahkan tidak mengenalinya. Begitu sudah diperhatikan dengan seksama dan diteliti lekat-lekat baru dapat disadari bahwa itu adalah Mitha. Asli, Mitha!
“Hai, Eva!” Mitha menyapa Eva dengan lembut.
“Hai, Angel.” Eva yang tidak begitu memperhatikan, melambai seadanya sambil lalu.
“Eva!! Aku Mitha, bukan Angel!!” seru Mitha sambil menangkap tangan Eva. Mencegah Eva pergi. Eva berhenti berjalan. Dia membalikkan badan dengan terkejut. Kira-kira lima menit dia terdiam dan matanya melotot melihat Mitha.
“Mitha, cubit saya!” Eva menepuk-nepuk pipinya sendiri dengan wajah seperti orang bodoh. Mitha benar-benar mencubitnya. Eva berteriak kesakitan.
“Whuaa!! Indonesia, tolong aku!! Elu Mitha?! MITHA, KENAPA ELU JADI GINI?!!” Eva mengguncang-guncang bahu Mitha dengan tidak percaya.
“Hahaha! Kok kamu sampai segitunya sih? Aku kan cuma dandan dikit!! Menurut kamu? Aku jadi kayak gimana kelihatannya?” Mitha melompat-lompat dengan ceria.
“Hanya dua kata... DUPLIKAT ANGEL!!”
* * *
Donny duduk di tepi lapangan sepak bola. Donny nggak bersemangat berlatih sepak bola hari ini. Dia begitu ingin Mitha ada bersamanya seperti biasa. Dulu, kalau Donny main sepak bola, Mitha pasti menonton.
Mata Donny tertuju tajam ke lapangan basket, agak jauh di depan lapangan sepak bola. Di sana, anak klub basket juga sedang berlatih. Sudah dari dulu, di sekolah mereka penonton team basket lebih banyak daripada penonton team sepak bola. Tentunya yang menonton 80% cewek. Mereka berpendapat bahwa cowok yang bermain basket lebih keren daripada yang bermain sepak bola.
Dulu Mitha bilang, dia nggak peduli sama anak basket. Soalnya, menurut Mitha, Donny lebih keren dari cowok manapun. Itu dulu. Akan tetapi, hari ini Mitha bergabung bersama Angel dan kawan-kawannya untuk menonton anak basket. Mitha bahkan bersorak-sorai menyemangati team basket. Donny marah, kesal, sedih!
Dia benci melihat Mitha yang sekarang sudah berubah. Rambutnya terurai dan di rebonding. Persis seperti rambut Angel. Rok sekolah Mitha dipendekkan, dia memakai sepatu pink yang baru, dan tas ungu yang terlihat mahal. Lip gloss berkilauan di bibirnya, wajahnya pun dipoles bedak. Memang sih, Mitha cantik. Cantik sekali. Tapi, itu bukan Mitha yang Donny kenal. Semua dari Mitha sekarang sangat mirip dengan Angel. Semuanya!!
Hari ini pun Mitha tidak mencari Donny. Mitha sudah tidak peduli lagi dengan orang-orang disekitarnya. Yang dia pikirkan hanyalah dirinya sendiri yang sudah berubah menjadi Angel kedua.
* * *
Donny berjalan dengan lesu ke lapangan parkir sekolahnya. Dia membuka kunci mobilnya dengan remote. Sebelum masuk ke mobil, dia mendengar suara Angel dan ganknya tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Tadi kalian keren banget deh!!” gadis-gadis cantik yang diantaranya termasuk Angel dan Mitha, terlihat berkumpul bersama cowok-cowok tinggi berpakaian seragam team basket sekolah. Teman-teman Angel memuji cowok-cowok itu dengan wajah berbinar. Angel dan Mitha hanya senyum-senyum jaim.
“Tapi, penontonnya lebih keren. Cantik-cantik lagi... Jadi grogi!” para cowok yang senang sekali bisa dekat dengan bunga-bunga sekolah itu, mulai menggombal.
Ketika semuanya sedang bercakap-cakap, Mitha dihampiri oleh Rio. Dia kapten team basket yang terkenal tajir, macho, tampan, sekaligus playboy. Satu lagi, dia mantan Angel. Rio dan Angel putus sekitar sebulan yang lalu.
“Hai, Mitha! Tambah cantik aja! Nih, buat kamu.” Rio menepuk bahu Mitha sambil menyodorkan sebatang coklat.
“Thanks...” Mitha tersenyum tersipu-sipu.
“Hmm, gimana kalau kita pulang bareng? Aku antar deh!” Rio menawarkan diri sambil memasang wajah manis.
“Boleh sih...” Mitha mengangguk pelan.
“Wah, aku senang banget kamu mau! Yuk naik ke mobilku! Friends, kami cabut dulu ya!!” langsung saja, Rio menggandeng tangan Mitha dan melambai pada teman-temannya.
Donny terkejut melihat Mitha naik ke mobil mewah milik Rio. Berjalan sambil bergandengan pula! Dia segera menghampiri mobil Rio dengan langkah besar-besar. Ia menahan pintu mobil yang hampir saja ditutup oleh Mitha.
“MITHA, TURUN!!!” Donny tak dapat menahan amarahnya lagi. Mitha dan Rio terkejut dan serba salah. Namun, Mitha akhirnya turun juga dari mobil.
“Mitha, kamu udah lupa ya, kalau kamu tuh udah punya pacar!! Kenapa kamu pulang sama dia?! Ngapain juga kamu gandengan tangan sama dia?! Seharian ini kamu nggak peduli sama aku!! Maksud kamu apa sih?!” seru Donny dengan kemarahan yang meledak-ledak.
Mitha tidak menjawabnya. Dia juga tak tahu harus berbuat apa.
“Heh, loe jangan belagu ya!! Terserah dia dong!” Rio menatap Donny dengan sinis.
“Rio, gue kasi peringatan ya... Gue nggak suka kalo...” belum sempat Donny menyelesaikan kalimatnya, Mitha sudah memotongnya.
“Udahlah... Aku maunya pulang sama Rio! Yuk, Rio!!” tanpa perasaan, Mitha masuk ke mobil Rio dan pergi meninggalkan Donny. Hati Donny sakit sekali.
* * *
Mitha benar-benar keterlaluan. Sudah seminggu ini dia tidak berbicara dengan Donny, bahkan Eva. Yang dilakukannya sehari-hari hanya berdandan, melakukan segala kegiatan yang sama seperti Angel, dan tentu saja jalan dengan Rio.
Donny nggak mengerti, kenapa dia bisa begitu berubah? Hanya karena ia ingin sama dengan Angel dan ingin menjadi idola? Donny kecewa. Eva juga merasa dicuekin, Mitha tidak mau berteman dengannya lagi. Orang tua Mitha pun marah, anaknya menghamburkan uang demi kemewahan penampilan.
Akan tetapi, Mitha memang harus mengakhiri segala usahanya untuk menyamakan diri dengan orang lain. Karena orang yang merasa segala sesuatu yang dilakukannya ditiru orang, dan penampilannya dijiplak orang, juga akan marah.
Setelah seminggu menahan kesal, Angel terpaksa mengajak Mitha berbicara berdua. Mereka berbicara di toilet wanita, setelah selesai olahraga.
“Mitha, aku harap kamu nggak usah dekat-dekat sama aku lagi! Kamu tuh plagiator! Peniru! Aku nggak suka kamu meniru cara dandan aku, gaya bicara aku, penampilan, dan ikut-ikut semua kegiatan aku! Bisa nggak sih, kamu jadi diri sendiri? Lagian, kenapa sih Rio nempel sama kamu? Dia tuh udah minta balik sama aku! Pokoknya, jangan ganggu aku lagi! Oke?!” Angel hanya berbicara sesingkat itu saja. Setelah itu, dia pergi.
Mitha terdiam ditempatnya. Hatinya kacau. Apa aku udah salah, selama ini? Dia menatap dirinya di depan cermin besar yang agak buram. Dirinya yang sekarang memang cantik. Tapi munafik.
“Udah dengar kan? Loe udah nyampe ke bumi belum?!” Eva menepuk bahu Mitha pelan. Mitha menoleh melihat Eva dengan terkejut. Kok Eva tiba-tiba muncul?
“Gue tadi ‘kebetulan’ dengar pembicaraan kalian. Tuh, baru keluar dari toilet tadi... Yah, setengah nguping sih...” Eva tersenyum sambil menaikkan bahunya.
Mitha lagi-lagi hanya diam.. Dia bingung harus bagaimana sekarang.
“Eva... aku bodoh ya?” Mitha menatap Eva dengan mata berkaca-kaca.
“Iya. Elu bego! Gue harap, setan yang merasuki elu keluar dan nggak balik-balik lagi!” jawab Eva.
“Memang ya... aku tukang tiru. Mungkin Donny memang benar. Seharusnya aku PD dengan diriku sendriri. Aku, ya aku. Ngapain jadi orang lain? Ternyata, aku begitu bodoh! Aku nggak bisa jadi diriku sendiri! Aku udah nyakitin diri sendiri dan nyakitin kamu, Donny, bahkan Papa dan Mama juga!”
Tak terasa, air matanya menetes sendiri. Sebenarnya memang dia tak pernah benar-benar menikmati kesehariannya yang bertopeng Cinderella itu. Dia sudah meninggalkan hobi karatenya, meninggalkan celana pendeknya yang nyaman, membiarkan dirinya gerah dengan dandanan wajah yang agak berlebihan dan rambutnya yang harus dirawat setiap hari. Uangnya habis dengan percuma hanya untuk membeli gaun yang seperti milik Angel, dan perawatan tubuh. Satu hal yang paling fatal, dia telah meninggalkan Donny dan Eva.
“Udah ah, jangan nangis.. Tapi gue senang elu nyesel. Daripada elu nggak sadar-sadar...” Eva memeluk sahabatnya itu.
“Va, maafin aku ya! Kamu nggak marah kan?” Mitha menangis tersedu-sedu.
“Dikit sih... Tapi, dimaafin kok... hehehe...”
“Sekarang, aku harus gimana?” tanya Mitha sambil menghapus air matanya.
“Gampang. Sekarang, elu hapus make up bodoh elu ini, ikat rambut elu, buang barang-barang feminin, dan kembali seperti semula! Habis itu, yang paling penting elu harus minta maaf sama Donny.” Eva mengusap-usap pipi Mitha.
Mitha tersenyum. Dia pun segera menggulung lengan seragamnya seperti yang biasa dia lakukan dulu, mencuci mukanya dari segala make up, dan mengikat rambutnya asal-asalan.
“Nah, itu dia Mitha yang gue kenal!” Eva tersenyum puas.
“Bantu aku cari Donny!” Mitha menarik tangan Eva keluar dari toilet.
* * *
Mitha menggandeng tangan Donny dan Eva. Mereka berjalan dengan langkah ringan dan tanpa beban sambil nyanyi gila-gilaan di sekolah. Mitha is come back! Mitha is come back!
Sekarang, kehidupannya sudah kembali seperti semula. Dia sudah sepenuhnya sadar akan kesalahannya. Ternyata benar, jadi diri sendiri itu seru. Kita nggak perlu sama dengan orang lain karena semua orang memang berbeda-beda. Kita memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Perbedaan itulah yang membuat dunia menjadi asyik dan menyenangkan. Nggak ada lagi yang boleh berpikir bahwa perbedaan merupakan sesuatu yang buruk. Berbeda itu benar-benar asyik.
* * *