wptemplates.org
RSS Feed

Tuesday, December 28, 2010

Around Me


Pics are taken and edited by me. Enjoy


Me and My Nieces
Vivian

Flower at My Garden

My Wooden Pinnochio

My Wooden Pinnochio

Be Yourself (Part 2 - End)

Part 2
From Mitha to Cinderella
Mitha melenggang dengan percaya diri di koridor sekolah. Dia puas sekali dengan penampilannya hari ini.
 “Siapa tuh?!!”
“Wow, cantik banget!! Siapa ya? Kayaknya gue nggak pernah liat tuh cewek!!”
“Anak baru kali!! Tapi kok.... mirip Angel?! Atau jangan-jangan itu Mitha! Jadi bingung...”
Begitulah celotehan-celotehan yang terdengar dari teman-teman Mitha di sekolah ketika dia lewat. Semuanya tercengang, bahkan tidak mengenalinya. Begitu sudah diperhatikan dengan seksama dan diteliti lekat-lekat baru dapat disadari bahwa itu adalah Mitha. Asli, Mitha!
“Hai, Eva!” Mitha menyapa Eva dengan lembut.
“Hai, Angel.” Eva yang tidak begitu memperhatikan, melambai seadanya sambil lalu.
“Eva!! Aku Mitha, bukan Angel!!” seru Mitha sambil menangkap tangan Eva. Mencegah Eva pergi. Eva berhenti berjalan. Dia membalikkan badan dengan terkejut. Kira-kira lima menit dia terdiam dan matanya melotot melihat Mitha.
“Mitha, cubit saya!” Eva menepuk-nepuk pipinya sendiri dengan wajah seperti orang bodoh. Mitha benar-benar mencubitnya. Eva berteriak kesakitan.
“Whuaa!! Indonesia, tolong aku!! Elu Mitha?! MITHA, KENAPA ELU JADI GINI?!!” Eva mengguncang-guncang bahu Mitha dengan tidak percaya.
“Hahaha! Kok kamu sampai segitunya sih? Aku kan cuma dandan dikit!! Menurut kamu? Aku jadi kayak gimana kelihatannya?” Mitha melompat-lompat dengan ceria.
“Hanya dua kata... DUPLIKAT ANGEL!!”
* * *

Donny duduk di tepi lapangan sepak bola. Donny nggak bersemangat berlatih sepak bola hari ini. Dia begitu ingin Mitha ada bersamanya seperti biasa. Dulu, kalau Donny main sepak bola, Mitha pasti menonton.
Mata Donny tertuju tajam ke lapangan basket, agak jauh di depan lapangan sepak bola. Di sana, anak klub basket juga sedang berlatih. Sudah dari dulu, di sekolah mereka penonton team basket lebih banyak daripada penonton team sepak bola. Tentunya yang menonton 80% cewek. Mereka berpendapat bahwa cowok yang bermain basket lebih keren daripada yang bermain sepak bola.
Dulu Mitha bilang, dia nggak peduli sama anak basket. Soalnya, menurut Mitha, Donny lebih keren dari cowok manapun. Itu dulu. Akan tetapi, hari ini Mitha bergabung bersama Angel dan kawan-kawannya untuk menonton anak basket. Mitha bahkan bersorak-sorai menyemangati team basket. Donny marah, kesal, sedih!
Dia benci melihat Mitha yang sekarang sudah berubah. Rambutnya terurai dan di rebonding. Persis seperti rambut Angel. Rok sekolah Mitha dipendekkan, dia memakai sepatu pink yang baru, dan tas ungu yang terlihat mahal. Lip gloss berkilauan di bibirnya, wajahnya pun dipoles bedak. Memang sih, Mitha cantik. Cantik sekali. Tapi, itu bukan Mitha yang Donny kenal. Semua dari Mitha sekarang sangat mirip dengan Angel. Semuanya!!
Hari ini pun Mitha tidak mencari Donny. Mitha sudah tidak peduli lagi dengan orang-orang disekitarnya. Yang dia pikirkan hanyalah dirinya sendiri yang sudah berubah menjadi Angel kedua.
* * *

Donny berjalan dengan lesu ke lapangan parkir sekolahnya. Dia membuka kunci mobilnya dengan remote. Sebelum masuk ke mobil, dia mendengar suara Angel dan ganknya tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Tadi kalian keren banget deh!!” gadis-gadis cantik yang diantaranya termasuk Angel dan Mitha, terlihat berkumpul bersama cowok-cowok tinggi berpakaian seragam team basket sekolah. Teman-teman Angel memuji cowok-cowok itu dengan wajah berbinar. Angel dan Mitha hanya senyum-senyum jaim.
“Tapi, penontonnya lebih keren. Cantik-cantik lagi... Jadi grogi!” para cowok yang senang sekali bisa dekat dengan bunga-bunga sekolah itu, mulai menggombal.
Ketika semuanya sedang bercakap-cakap, Mitha dihampiri oleh Rio. Dia kapten team basket yang terkenal tajir, macho, tampan, sekaligus playboy. Satu lagi, dia mantan Angel. Rio dan Angel putus sekitar sebulan yang lalu.
“Hai, Mitha! Tambah cantik aja! Nih, buat kamu.” Rio menepuk bahu Mitha sambil menyodorkan sebatang coklat.
“Thanks...” Mitha tersenyum tersipu-sipu.
“Hmm, gimana kalau kita pulang bareng? Aku antar deh!” Rio menawarkan diri sambil memasang wajah manis.
“Boleh sih...” Mitha mengangguk pelan.
“Wah, aku senang banget kamu mau! Yuk naik ke mobilku! Friends, kami cabut dulu ya!!” langsung saja, Rio menggandeng tangan Mitha dan melambai pada teman-temannya.
Donny terkejut melihat Mitha naik ke mobil mewah milik Rio. Berjalan sambil bergandengan pula! Dia segera menghampiri mobil Rio dengan langkah besar-besar. Ia menahan pintu mobil yang hampir saja ditutup oleh Mitha.
“MITHA, TURUN!!!” Donny tak dapat menahan amarahnya lagi. Mitha dan Rio terkejut dan serba salah. Namun, Mitha akhirnya turun juga dari mobil.
“Mitha, kamu udah lupa ya, kalau kamu tuh udah punya pacar!! Kenapa kamu pulang sama dia?! Ngapain juga kamu gandengan tangan sama dia?! Seharian ini kamu nggak peduli sama aku!! Maksud kamu apa sih?!” seru Donny dengan kemarahan yang meledak-ledak.
Mitha tidak menjawabnya. Dia juga tak tahu harus berbuat apa.
“Heh, loe jangan belagu ya!! Terserah dia dong!” Rio menatap Donny dengan sinis.
“Rio, gue kasi peringatan ya... Gue nggak suka kalo...” belum sempat Donny menyelesaikan kalimatnya, Mitha sudah memotongnya.
“Udahlah... Aku maunya pulang sama Rio! Yuk, Rio!!” tanpa perasaan, Mitha masuk ke mobil Rio dan pergi meninggalkan Donny. Hati Donny sakit sekali.
* * *

Mitha benar-benar keterlaluan. Sudah seminggu ini dia tidak berbicara dengan Donny, bahkan Eva. Yang dilakukannya sehari-hari hanya berdandan, melakukan segala kegiatan yang sama seperti Angel, dan tentu saja jalan dengan Rio.
Donny nggak mengerti, kenapa dia bisa begitu berubah? Hanya karena ia ingin sama dengan Angel dan ingin menjadi idola? Donny kecewa. Eva juga merasa dicuekin, Mitha tidak mau berteman dengannya lagi. Orang tua Mitha pun marah, anaknya menghamburkan uang demi kemewahan penampilan.
Akan tetapi, Mitha memang harus mengakhiri segala usahanya untuk menyamakan diri dengan orang lain. Karena orang yang merasa segala sesuatu yang dilakukannya ditiru orang, dan penampilannya dijiplak orang, juga akan marah.
Setelah seminggu menahan kesal, Angel terpaksa mengajak Mitha berbicara berdua. Mereka berbicara di toilet wanita, setelah selesai olahraga.
“Mitha, aku harap kamu nggak usah dekat-dekat sama aku lagi! Kamu tuh plagiator! Peniru! Aku nggak suka kamu meniru cara dandan aku, gaya bicara aku, penampilan, dan ikut-ikut semua kegiatan aku! Bisa nggak sih, kamu jadi diri sendiri? Lagian, kenapa sih Rio nempel sama kamu? Dia tuh udah minta balik sama aku! Pokoknya, jangan ganggu aku lagi! Oke?!” Angel hanya berbicara sesingkat itu saja. Setelah itu, dia pergi.
Mitha terdiam ditempatnya. Hatinya kacau. Apa aku udah salah, selama ini? Dia menatap dirinya di depan cermin besar yang agak buram. Dirinya yang sekarang memang cantik. Tapi munafik.
“Udah dengar kan? Loe udah nyampe ke bumi belum?!” Eva menepuk bahu Mitha pelan. Mitha menoleh melihat Eva dengan terkejut. Kok Eva tiba-tiba muncul?
“Gue tadi ‘kebetulan’ dengar pembicaraan kalian. Tuh, baru keluar dari toilet tadi... Yah, setengah nguping sih...” Eva tersenyum sambil menaikkan bahunya.
Mitha lagi-lagi hanya diam.. Dia bingung harus bagaimana sekarang.
“Eva... aku bodoh ya?” Mitha menatap Eva dengan mata berkaca-kaca.
“Iya. Elu bego! Gue harap, setan yang merasuki elu keluar dan nggak balik-balik lagi!” jawab Eva.
“Memang ya... aku tukang tiru. Mungkin Donny memang benar. Seharusnya aku PD dengan diriku sendriri. Aku, ya aku. Ngapain jadi orang lain? Ternyata, aku begitu bodoh! Aku nggak bisa jadi diriku sendiri! Aku udah nyakitin diri sendiri dan nyakitin kamu, Donny, bahkan Papa dan Mama juga!”
 Tak terasa, air matanya menetes sendiri. Sebenarnya memang dia tak pernah benar-benar menikmati kesehariannya yang bertopeng Cinderella itu. Dia sudah meninggalkan hobi karatenya, meninggalkan celana pendeknya yang nyaman, membiarkan dirinya gerah dengan dandanan wajah yang agak berlebihan dan rambutnya yang harus dirawat setiap hari. Uangnya habis dengan percuma hanya untuk membeli gaun yang seperti milik Angel, dan perawatan tubuh. Satu hal yang paling fatal, dia telah meninggalkan Donny dan Eva.
“Udah ah, jangan nangis.. Tapi gue senang elu nyesel. Daripada elu nggak sadar-sadar...” Eva memeluk sahabatnya itu.
“Va, maafin aku ya! Kamu nggak marah kan?” Mitha menangis tersedu-sedu.
“Dikit sih... Tapi, dimaafin kok... hehehe...”
“Sekarang, aku harus gimana?” tanya Mitha sambil menghapus air matanya.
“Gampang. Sekarang, elu hapus make up bodoh elu ini, ikat rambut elu, buang barang-barang feminin, dan kembali seperti semula! Habis itu, yang paling penting elu harus minta maaf sama Donny.” Eva mengusap-usap pipi Mitha.
Mitha tersenyum. Dia pun segera menggulung lengan seragamnya seperti yang biasa dia lakukan dulu, mencuci mukanya dari segala make up, dan mengikat rambutnya asal-asalan.
“Nah, itu dia Mitha yang gue kenal!” Eva tersenyum puas.
“Bantu aku cari Donny!” Mitha menarik tangan Eva keluar dari toilet.
* * *

Mitha menggandeng tangan Donny dan Eva. Mereka berjalan dengan langkah ringan dan tanpa beban sambil nyanyi gila-gilaan di sekolah. Mitha is come back! Mitha is come back!
Sekarang, kehidupannya sudah kembali seperti semula. Dia sudah sepenuhnya sadar akan kesalahannya. Ternyata benar, jadi diri sendiri itu seru. Kita nggak perlu sama dengan orang lain karena semua orang memang berbeda-beda. Kita memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Perbedaan itulah yang membuat dunia menjadi asyik dan menyenangkan. Nggak ada lagi yang boleh berpikir bahwa perbedaan merupakan sesuatu yang buruk. Berbeda itu benar-benar asyik.
* * *

Be Yourself (Part 1)

*** Guys, ini cerpen karya originalku yang cukup berkesan. Cerpen sederhana ini meraih juara harapan 1 di Wahid Institute Writing Competition (institusi nya Alm. Gusdur) pas aku masih SMA. Bacaan ringan aja, temanya tentang perbedaan sosial. Selamat membaca ya! ***

Be Your Self!!!
I love you just the way you are. Because you are... You!!
* * *

At GoodDays Cafe, Bandung.
Mitha dan Donny duduk berhadapan. Mitha menatap ke dalam mata Donny dengan serius, sampai-sampai Donny nggak berani berkedip. Sudah sekitar lima belas menit, mereka berdua hanya bertatap-tatapan seperti itu. Yah, memang terlihat agak bodoh.
“Mith, kamu kenapa sih?!” Donny tak tahan lagi. Dia mengguncang bahu Mitha dengan gemas.
Honey, tatap mataku!!” kata Mitha sambil meraih tangan Donny.
“Iya, iya!! Dari tadi juga udah ditatap!! Trus kenapa? Masa aku disuruh seharian natap mata kamu?! Aku kan nggak ngerti...” seru Donny kesal.
“Aku sebenarnya mau tanya sama kamu, Don!” kata Mitha sambil menghela nafas panjang.
“Tanya aja! Kok kamu jadi bertele-tele kayak gitu sih! Bikin orang penasaran aja!”
“Kamu harus jawab jujur, ya!” Mitha mengacungkan telunjuknya di depan hidung Donny.
“Langsung aja deh!” Donny tambah penasaran. Apa sih sebenarnya permasalahan yang ingin diangkat Mitha hari ini?
“Aku mau nanya, menurut kamu, aku tuh gimana sih orangnya? Cantik nggak? Smart? Kamu sayang nggak sama aku. Aku berharga nggak sih?” nggak pake kira-kira, Mitha langsung menyerang Donny dengan pertanyaannya. Donny terbengong-bengong.
“Itu yang mau kamu tanyain?” Donny menaikkan kedua alisnya dan menatap Mitha dengan tak percaya.
“Iya, jawab dong!!” seru Mitha dengan suara melengking. Donny menggaruk-garuk kepalanya, ia bingung.
“Menurut aku, kamu tuh biasa aja. Standard. Tapi, aku sayang kok sama kamu. Mau gimana lagi, kamu kan pacar aku!” jawab Donny santai lalu menyeruput jus melonnya.
“JAHAT!!!” teriak Mitha marah.
“Abisnya, kamu aneh sih! Ngapain tanya gituan? Kasian sih orang yang jarang dipuji, emang kayak gitu...“ Donny malah tertawa terbahak-bahak dan mengejeknya.
“Aku benci sama Donny!” Mitha semakin marah saja.
“Emangnya kenapa sih, kok tiba-tiba kamu gitu?” Donny tidak mengerti.
“Kamu tuh nggak romantis! Semua cowok teman-temanku suka romantis. Sering muji, sering bikin hepi... Atau aku yang kurang cantik, pintar, atau gimana? Kok kayaknya aku ngerasa kamu nggak pernah muji aku dan bikin aku tersanjung sih?! Apa aku seburuk itu?!” Mitha menghentak-hentakkan kakinya dengan sebal.
“Emang aku harus gombal kayak cowok lain? Harus sama kayak cowok teman-teman kamu? Kalau gitu, kamu pacaran aja sama mereka!” cetus Donny.
“Donny jelek, bodoh, kejaamm!!” pekik Mitha sekuat tenaga.
“Mitha, kayak anak kecil ih. Berisik tau!! Rese!!” Donny melotot lalu melipat tangannya di dada. Dia sama sekali tak mengerti mengapa Mitha bersikap seperti itu. Apa ada yang salah sama gue? Pikirnya dalam hati.
“Uuuh!!” Mitha berdiri lalu pergi meninggalkan Donny sendiri.
“Mitha!! Kok gitu sih?!!” Donny memanggil Mitha yang berlari keluar cafe. Dia pun mengejar pacarnya itu. Akan tetapi, Mitha sudah hilang entah ke mana.
 * * *

At School
Donny mencari-cari Mitha di kelas, kantin, kantor guru, halaman belakang sekolah dan semua tempat di sekolahnya. Namun, ia tak menemukan gadis itu.
“Eva!! Eva, sini!!” Donny memanggil Eva, salah satu sahabat Mitha yang kebetulan lewat.
“Apaan sih?!” tanya Eva.
“Kamu liat Mitha nggak?!” tanya Donny dengan wajah kelelahan.
“Nah, itu... Yang dicariin elu udah ada di belakang! Sono tuh!” Eva menunjuk sosok yang baru saja berdiri di belakang Donny lalu Eva pergi meninggalkan pasangan itu.
“Ngapain, cari-cari aku?!” suara jutek Mitha terdengar.
Donny lega karena sudah menemukan Mitha. “Mitha! Kamu kemana aja sih?!!”
“Tadi ngerumpi sama Angel dan teman-temannya!!” jawab Mitha sambil berjalan dan duduk di kursi terdekat.
“Hah?! Angel?! Yang bener?!” tanya Donny ragu. Angel? Kok Angel dan Mitha bisa ngerumpi bareng? Tanya Donny dalam hati.
“Iya dong! Aku sama dia udah temenan sejak kemarin. Dia yang ngajakin ngobrol duluan sih! Jadi, aku sambut aja dengan ramah!” kata Mitha.
Mereka baru beberapa hari memasuki tahun ajaran baru di kelas 3 SMA. Kebetulan, Mitha sekelas dengan Angel. Angel termasuk cewek paling cantik, paling pintar, kaya, dan paling berbakat di sekolahnya. Namun, cukup disegani karena terlihat terlalu sempurna. Teman-temannya pun hanya orang-orang yang hampir setara dengan dia.
“Mitha, kamu kok jutek banget sih ngomong sama aku? Kamu masih marah? sebenarnya aku masih belum ngerti apa maksud kamu kemarin!” Donny kembali ke pokok permasalahannya sendiri dengan pacarnya.
“Don, aku minta maaf  karena udah kayak gitu kemarin. Aku cuma menyadari satu hal...” ucap Mitha. Ia lalu menggantung kalimatnya.
“Hal apa?”
“Aku beda banget sama Angel. Aku kalah sama dia. Dia itu... perfect. Aku pengen kayak dia. Dari dulu aku jarang dipuji dan nggak pernah dikagumi sama orang. Aku nggak terlalu cantik, aku nggak berbakat, aku serampangan... Apa yang bisa dipuji dari aku?! Kalau Angel dan teman-teman di ganknya tuh setiap hari disanjung dan dihargai. Banyak yang kagum dan suka sama mereka. Dulu aku bilang benci sama mereka itu karena aku iri! Aku bener-bener pengen menjadi seperti Angel! Cewek yang dipuja seperti artis!!” kata Mitha sambil menerawang.
“Angel tuh keren banget! Glamour, lux, beauty.... Nggak ada sesuatu dari dia yang jelek kelihatannya! Penampilan dan kesehariannya kayak puteri raja. Benar-benar buat aku jadi pengen! Siapa sih cewek yang nggak mau kayak dia? Pasti kamu juga senang kan, kalau aku kayak dia? Makanya aku pengen berubah.” Sambungnya.
“Berubah? Maksud kamu?” tanya Donny heran.
“Berubah jadi kayak Angel...”
“Mitha! Kamu tuh nggak usah sampai segitunya deh! Aku udah suka kamu yang kayak gini! Nggak usah pake berubah-berubah segala! Biarin aja dia cantik, sempurna, atau apalah! Tapi kamu nggak perlu ikutan kayak dia segala! Kamu, ya kamu!” seru Donny marah.
“Don, aku sekarang sekelas sama dia dan udah jadi temannya. Teman-teman dia juga nerima aku dengan baik kok. Tapi apa jadinya kalau aku gabung sama mereka sementara gaya aku aja masih jelek kayak gini! Terlalu beda, Don! Aku nggak mau berbeda dengan mereka! Lagian, pasti asyik jadi Angel!” Mitha tetap ngotot.
“Kok kamu gitu sih?! Aku nggak suka!” bentak Donny.
“Liat aja, Don. Nanti kamu juga bakal kagum sama aku!” Mitha berdiri dari kursinya.
“Ya udah! Terserah!!” Donny membuang muka.
Mitha tak peduli kalau Donny marah, ia berjalan pergi. Donny kesal sekali, dari jauh ia melihat Mitha menghampiri Angel dan teman-temannya. Pacarnya itu pun bergabung dengan kawanan elit itu. Donny dapat melihat beberapa dari mereka tersenyum dibuat-buat dan pura-pura senang waktu Mitha datang.
Memang sih, gaya dan penampilan Mitha jauh berbeda ketika dia bersama dengan mereka. Akan tetapi, Donny nggak mau Mitha berubah hanya karena dia berteman dengan Angel. Donny menyukai Mitha apa adanya. Dia muak melihat gadis yang terlalu seperti artis Hollywood yang sangat berlebihan!
* * *

At Mitha’s bedroom
Mitha menatap fotonya yang dicetak kira-kira 1 bulan yang lalu. Kemudian, dia mengambil foto Angel yang tadi baru dimintanya. Dia pun mendekatkan kedua foto itu dan disejajarkan sedemikian rupa. Intinya, ini adalah proses perbandingan. Perbandingan antara Angel dan dia. Dengan pasrah, Mitha mendesah sambil menggeleng-geleng. Dia dan Angel terlalu jauh berbeda. Antara langit dan bumi. Atau antara Barbie dan ikan mas koki. Nggak layak banding. Segera, gadis itu mendekati cermin dan berdiri di depannya. Ia meneliti dirinya sendiri. Dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Rambutnya, nggak buruk-buruk amat sih.. Tapi karena sering diikat, jadi tidak teratur. Kalau Angel, rambut indahnya rutin perawatan di salon seminggu sekali. Kemudian, dia menatap wajahnya sendiri di kaca. Wajahnya mulus, hidungnya mancung, matanya cantik. Namun, dia tidak puas. Angel tetap lebih cantik menurutnya. Pakaian yang sering Mitha pakai adalah celana pendek dan t-shirt. Angel sering pakai celana casual dan rok. Sedangkan warna barang dan pernak-pernik miliknya, kebanyakan bernuansa hijau army dan abu-abu. Beda jauh dengan Angel yang suka pink dan ungu.
Oke, sudah cukup perbandingannya. Pokok permasalahan sudah jelas. Dia dan Angel BERBEDA. Dan itu NGGAK ASYIK bagi Mitha.
Mitha melihat jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 5 sore. Masih ada waktu untuk ke mall. Dia akan berbelanja semua atribut yang mirip punya Angel.
Dunia, bersiaplah. Besok, Mitha akan berubah menjadi Cinderella!!!

* * *
Bersambung

Friday, December 10, 2010

I Caught Myself (by Paramore) ~Lyric

Down to you
You're pushing and pulling me down to you
But I don't know what I

Now when I caught myself, I had to stop myself
From saying something that I should've never thought
Now when I caught myself, I had to stop myself
From saying something that I should've never thought of you

Of you
You're pushing and pulling me down to you
But I don't know what I want
No, I don't know what I want

You got it, you got it, some kind of magic
Hypnotic, hypnotic, you're leaving me breathless
I hate this, I hate this, you're not the one I believe in
With God as my witness

Now when I caught myself, I had to stop myself
From saying something that I should've never thought
Now when I caught myself, I had to stop myself
[From: http://www.elyrics.net/read/p/paramore-lyrics/i-caught-myself-lyrics.html]
From saying something that I should've never thought of you

Of you
You're pushing and pulling me down to you
But I don't know what I want
No, I don't know what I want!

Don't know what I want
But I know it's not you
Keep pushing and pulling me down
When I know in my heart it's not you

Now when I caught myself, I had to stop myself
From saying something that I should've never thought
Now when I caught myself, I had to stop myself
From saying something that I should've never thought of you

I knew
I know in my heart it's not you, I knew
But now I know what I want, I want, I want
Oh no, I've should have never thought!